School Visit Film My Generation : Gak Ada yang Perlu Ditakuti



Seloroh memasuki lorong dengan tulisan “Saya Malu Bila Terlambat” wahh itu seperti dejavu kejadian sekitar 15 tahun lalu saat mamih memasuki kerangka besi ini.


Yap sekolah ini memang cukup mengisahkan berbagai harapan dan sebuah pembelajaran perbedaan dan pandangan hidup yang luas. Ketika mamih sekolah beragam kultur agama, suku yang benar-benar terasa seimbang.


Mamih ikut menyaksikan berdampingan bersama Guru yang juga mamih anggap orang tua, dan murid-murid disekolah untuk mendengarkan dan memahami bagaimana Mba Upi mengaplikasikan sebuah permasalahan dan problematika dalam sebuah film. My Generation memasuki tahapan yang akan segera tayang di Bioskop, setelah Konferensi Pers yang juga mamih datangi, mamih ikut langsung merasakan bagaimana perjalanan My Generation ke sekolah.

Dejavu di Sekolah mamih dulu



Beberapa Sekolah menjadi pilihan seperti Kanaan Global School, Tzu Chi, juga SMA N 2 Jakarta. Mamih paham bahwa kredibilitas dan prestasi sekolah-sekolah yang dihampiri pemain dan sutrada film My Generation cukup membanggakan. Mamih jadi teringat setiap upacara hari senin selalu di warnai dengan penyerahan trophy hasil dari perlombaan, mulai dari basket, futsal, paskibra, sampai science dan pengetahuan umum.


Mamih juga mulai mengingat kepingan memori saat kami bersatu walaupun berbeda suku dan agama, mamih jadi mengerti bahwa suku agama lain memiliki banyak perayaan dan kita saling toleransi didalamnya.

Mba Upi dan Pemain My Generation



Kembali keruang audio visual Mba Upi, juga para pemain sudah hadir duduk untuk menyampaikan isi, kesan dan promo film My Generation. Pada saat ketemu bapak ibu guru wow Alhamdulillah masih awet muda dan sehat semua, mamih juga bisa ikut silahturahmi deh.

Hal yang mengejutkan seperti pemakaian emoney untuk jajan dikantin walaupun hanya beberapa pilihan minuman tapi its so cool, update banget. Tapi mungkin sekolah sudah mulai menerapkan kepraktisan ini yah, jadi semakin membantu kegiatan disekolah.

Sambil berjalan dan naik keruang audio visual yang mamih ingat itu ruangannya so cozy sampai banyak murid yang mohon kalau belajar enak disana hehehe. Beberapa langkah Guru mamih bertanya, bagaimana kamu menyikapi film ini ??? Film ini memang kenyataan dan apa ada nya pak tanpa menutupi kejadian yang seakan sebuah batu es dilautan yang boroknya itu tertutup siap menghancurkan.

Terus mamih jawab “ nanti baca di blog saya ya pak “ hahaha. Bapak guru pun mengantarkan dan memberi salam bila nanti mamih ketemu teman-teman alumni, duh udah jarang ketemu. Mamih melihat sepak terjang teman-teman hanya di layar kaca, ada yang jadi Dokter, Pesulap, Youtuber EdhoZel, bintang iklan, akuntan, koki, pramugari dan mamih jadi apa yah hahaha.

Ki-ka : Mba Upi, Raka, Luthesa, Bryan


Sampai saat nih mamih langsung menyimak beberapa hal yang disampaikan mba Upi, seperti ide cerita, pemilihan pemain baru dan alasan mba Upi untuk akhirnya menggarap film ini.

Komunikasi Orang Tua dan Anak
Pasa melihat teaser bahkan trailernya mamih anggap yap memang itu ya biasa, mereka bersahabat Konji, Zeke (Zig), Suki, dan Orly yang membuat Video mengenai orang tua dan guru yang kontroversi dan menjadi viral. Hukuman yang mereka terima, tidak bisa ikut karya wisata sekolah dan akhirnya mereka memutuskan untuk pergi satu genk. Keempat tokoh memiliki masalah masing-masing terhadap orang tua.

Saat Konpres


Menghormati dan santun dengan orang tua wah itu jempolan banget tapi ada kondisi dimana anak selalu mengikuti kata orang tua sampai masuk ke ranah cita-cita. Berapa banyak coba mahasiswa yang DO karena jurusan yang diambil berbeda dengan hati, berapa banyak kesempatan dan potensi anak yang terbuang ketika mereka tak di dengar.

Berapa banyak hal menyimpang yang terjadi karena lupa pondasi kuat dari rumah, berapa banyak anak yang berbohong karena malu, kenapa kalau anak berperilaku menyimpang mencuri, berlaku kasar, menyaalahkan orang tua, tapi ketika berkaca tetap saja merasa bahwa orang tua selalu benar.

Mamih juga orangtua dari anak ini 



Masih ingat cerita anak yang di gunting rambutnya di sekolah lalu lantas orang tua membalas membuka hijab Guru dan mengguntingnya apa iya itu orang tua selalu benar ???

Masih ingat  dengan orang tua yang membiarkan anak balitanya menghisap rokok bahkan tercemar narkoba, apa iya itu orang tua selalu benar ???

Masih ingat dengan cerita perselingkuhan, menikah lagi tanpa ijin istri, apa iyah itu orang tua selalu benar dan dicontohkan untuk anak??

Masih ingat para koruptor mereka juga orang tua kan, bukan berarti hal ini benar.

Belum lagi dilema orang tua lainnya yang membuat kaget kadang kalau ketemu saat Parent Day di  sekolah ya ada orang tua yang menginginkan “ anaknya harus meningkat donk minimal bisa hitung dan mengenal angka 1-100 dan baca “ well padahal anaknya baru usia 3 dan itu kn waktunya anak bermain dan diajarkan kemandirian dini bukan calistung.

Ini lirik lagu dari murid mamih yg bikin banjir 



Sampai kami buat surat pernyataan bahwa calistung yang menginginkan orang tua hitam diatas putih.

Ditingkat yang lebih tinggi lagi saat mengajar di SD mamih miris banyak anak yang kenyataannya drama banget kaya di Sinetron, ketika ada anak kelas 6 yang kabur dari rumah, karena terlalu dituntut, ketika ada anak yang brutal karena orang tua dipenjara kasus narkoba dan ia hanya diasuh alakadarnya oleh nenek yang sudah renta, duh belom lagi suka ketemu sama murid yang harus menyemir sepatu dan mamih langsung meneteskan air mata.

Ketika di Sekolah pun dilihat bakat-bakat mereka apa ada yang jago catur, olahraga wah dan malah betah di sekolah. Ditingkat yang lebih tinggi lagi Sekolah Menengah Atas mamih merasa gurru-guru tersebut malah memikirkan masalah pribadi, ketika mamih mengambil metode yang berbeda waktu mengajar selalu diperdebatkan. Belom lagi ketika anak-anak SMA itu harus lomba, tampil dan kalah malah di beri kritik tajam ya namanya lomba ada menang dan kalah jadi klo tuntutan guru dan sekolah selalu kudu menangbwee kipiye??

Mamih juga gak menganggap anak-anak itu selalu benar, ketika mereka berbohong ketika hape mamih selalu berdering dengerin curhatan mereka, ketika mereka berbuat hal diluar kendali tanpa sepengetahuan orang tua, ketika mereka baik di depan guru, sopan dengan orang tua tapi ketika malam mereka ada di club daerah Kemang.

I know that,,  its so riddiculus tapi itu proses saat mereka merasa terkekang, marah dan bosan dengan aturan tanpa ada yang mendengarkan.
Kenakalan remaja nyata terpampang di hadapan mamih, bahkan dari latar belakang keluarga baik dengan kemasan religius yang seakan gak mungkin anak tersebut masuk diskotik, atau berpakaian mini tapi toh bisa lolos juga.

Menyalahkan lingkungan ??? Pondasi dan pendidikan awal ya dari rumah klo kuat, ya gaak akan geser (duh bahasanya kurang halus maafkan).

Mamih gak mau nyontohin kehidupan remaja mamih dulu sebenarnya, mamih cuma nurut orang tua yang Alhamdulillah berada dalam lingkungan keluarga yang penuh cinta juga kebebasan, walaupun agak mengekang untuk urusan pekerjaan.

Para pemain yang juga orang tua



Tapi namanya orang tua dan anak untuk problematika selalu ada, mungkin Cuma mamih yg jam 9 malam masih diluar gak di telepon, mau nginep dimana juga gak di cariin, ya walaupun memang mamih sempet pesan kalau mau pergi atau kemana. Dan bukan berarti dengan kebebasan ini mamih bisa seenaknya, tapi justru tanggung jawab besar banget dan beban supaya gak khianati kepercayaan orang tua.

Eitsss bukan berarti juga metode kebebasan ini bisa diterapkan ke semua keluarga tetapi, komunikasi, kepercayaan dan kasih sayang bisa dicoba lebih diterapkan lagi dalam keluarga.

Sampai di titik perkuliahan mamih juga sangat menyesal melihat teman sendiri berada dalam sel tahanan yang notabene ia berprestasi, memiliki pekerjaan baik dan sudah mempunyai buah hati, hati mamih merasa luka dan iba semoga kejadian ini cepat selesai.


Jadi curhat kepanjangan well gimana kelanjutan My Generation ????

Dikutip ini yap :

Noted…setiap orang pasti punya masalah, kendati itu dengan orang tua yang notabene terdekat dengan kita. Tapi bukan berarti keduanya menjadi musuh kan. Justru menyelesaikan masalah dengan dialog dan keterbukaan dibutuhkan. Inilah yang dilakukan Orly dengan mamanya.


#MyGenerationFilm menyuguhkan realita yang membuat kita jadi aware dan mengevaluasi . 


Ini saya posting lagi nih. Buat mastiin kalo ini bukan film tentang anak2 yang benci sama orangtuanya. Atau film yang mendiskreditkan orangtua. Atau film yang membenarkan anak untuk melawan orangtuanya. Bahwasannya ada masalah antara anak sama orangtua itu realita lho. Dan kalo kamu merasa gak punya masalah dengan orangtua, bagus dong. Tapi bukan berarti semua orang hidupnya seperti kamu.


Film ini bukan soal siapa benar siapa salah atau mau menyudutkan satu pihak. Nah, kalo mau tau lebih jelasnya nonton aja nanti:

9 NOVEMBER 2017.


Dimata mamih sebenarnya gak ada yang harus di takutkan sih dan begitu pula Mba Upi juga bukan, mengangkat Scam nya anak muda yang undergroundnya banget ini justru percikan yang di timbulkan ketika anak remaja mulai coba-coba hal yang menyimpang karena bentuk protes.

Namanya bentuk protes bisa macam-macam, ketika ada kesenjangan dan suara hati yanh tidak terdengar langsung komunikasi, melakukan mediasi sekali lagi gak didengar yah bisa berbuat brutal macam pendemo yang belum dipenuhi tuntuannya. Tapi gak mau juga kan anak terus jadi pendemo .

Film ini menurut mba Upi menceritakan sudut pandang orang tua ke anak dan sebaliknya bukan sebuah judgement benar dan salah tetapi ini merupakan proses kehidupan yang dijalani.

Untuk menggarap film ini mba Upi riset selama 2 tahun dan menemukan fenomena dinama kehidupan remaja kini lebih terbuka di media sosial. Anak-anak membicarakan problematika mereka mulai dari ngomongin orang tua, sekolah, teman duh gak abis pikir orangtua diomongi seperti ini, tapi yowes itu pendapat anak-anak.

Film ini memicu anak untuk berbuat nakal ???
Saya selaku sutradara juga orang tua yang memiliki anak remaja, jadi gak mungkinlah saya membuat film yang tidak mendidik, tambah mba Upi.

Upi menyampaikan bahwa angle cerita film ini diambil dari banyaknya masalah yang dialami generasi saat ini atau yang disebut generasi millenials.

 “Tak dipungkiri, bergesernya gaya hidup modern akibat era digital melahirkan generasi millenials dengan karakter yang unik dan permasalahan yang kompleks. Saya ingin memberi realita yang lebih dekat tentang kehidupan generasi millenials sehingga menjadi catatan penting dalam mengetahui karakter mereka yang sesungguhnya”, ujar Upi dengan sangat antusias.

Film yang diproduksi oleh IFI Sinema ini akan mulai tayang di bioskop pada 09 November 2017. Dalam siaran tertulis, Upi menyebut bahwa dirinya akan mengenalkan bintang-bintang muda yang fresh dalam film ini untuk dapat membuat suasana dan cita rasa lebih kental. Harapannya tentu supaya penonton tidak terpengaruh dengan karakter tokoh antara satu film dengan film lain.

 Bintang muda ini antara lain, Bryan Langelo, Arya Vasco, Alexandra Kesasie dan Lutesha. Film ini nantinya akan didukung oleh pemain senior seperti Tyo Pakusadewo, Ira Wibowo, Surya Saputra, Joko Anwar, Indah Kalalo, Karina Suwandhi, dan Aida Nurmala.



School Visit

Akan ada beberapa kota selain Jakarta yang akan di datangi, tim dan pemain film juga sangat terbuka dalam melakukan diskusi.


 Guru juga ikut bertanya pada mba Upi dan ada hal yang menarik ketika seorang Guru mengcapture salah satu Quote dan disebarkan di grup wa agar sesama guru selalu update mengenai lingkungan anak sekarang dan bisa bersama-sama mencari solusi untuk kemajuan pendidikan dan masa depan mereka.

Ternyata banyak juga yang penasaran dengan film ini, pemakaian dan dialog bahasa inggris ini dilihat mba Upi karena media sosial anak-anak sekarang selalu campur bahasa dan juga banyak menggunakan bahasa inggris. Kemasan atau chasing yang di ambil nampak seperti capture kehidupan keluarga menegah keatas tapi hanya penampakannya saja karena inti dan problematika anak juga orang tua pada dasarnya sama, mau dari kondisi ekonomi seperti apapun.

Ada yang menanyakan latar belakang dari para pemain, ada yang Lulusan Sastra Belanda UI dan bekerja seperti Luthesa ada yang sedang menempuh pendidikan di London ada pula yang bekerja karyawan. Dan para pemain merasa beruntung bisa ikut bermain apalagi diperbolehkan dengan kantor untuk ikut promo juga karena harus cuti beberapa waktu.

Film, menurut mba Upi sendiri seperti masuk di dunia yang bukan kehidupan mba Upi sebenarnya jadi dengan mengambil tema-tema yang berbeda di setiap filmnya mba Upi dapat memiliki pengalaman dalam kehidupan atau seperti dimensi yang berbeda.

Ketika mba Upi berhasil dengan filmnya seperti Pertaruhan dan cowo banget mba Upi merasa puas karena bisa memahami pandangan dari sisi laki-laki.


Antusiasme para murid bertanya juga berdiskusi mengenai film My Generation dan memang bukan sebuah hal yang harus ditakuti karena ini real. Orang tua dan anak bisa sama-sama belajar dari audut pandang mereka saling mengerti dan berkomunikasi agar perilaku menyimpang bisa diputus tali rantainya.


Potensi anak-anak begitu beragam dan sayang sekali jika dilewatkan atau justru malah tenggelam karena tuntutan, desakan atau perilaku yang menyimpang tadi.


Dari sudut manapun pesan film ini ditangkap tetap lindungi anak-anak dari lingkungan yang brutal, bukan berarti harus tutup mata menghadapi hal yang nyata seperti itu.

Mamih juga berharap makin banyak anak-anak yang berani , berani berpendapat untuk berkarya juga berprestasi, sibuk melakukan aktifitas bermanfaat. Orang tua serta guru hanya manusia biasa bukan malaikat. Hormati orang tua juga wajib sekali bagi orang tua memberikan contoh contoh yang baik bukan hanya secara verbal tapi yang bisa dilihat bukan dalam sebuah pencitraan.

Guru, pemain dan sutradara film My Generation



Kalau anak-anak melihat isi status para orang tua saling bertengkar, merendahkan, merasa benar, ya bagaimana hayo, anak-anak kan mencontoh. Berkaca, berbesar hati demi masa depan mereka, kenakalan bisa terjadi bukan hanya karena kesempatan tapi juga tuntutan.

Video Gala Premiere yang buat haru



Terbuka dan bebas berpendapat menghormati perbedaan. Penggalan ini mamih inget banget karena bersekolah di Sekolah Negeri dengan beragam latar belakang agama yang persentasenya sama besar mulai dari Budha, Katolil, Kristen, Islam, dan Hindu. Jadi mamih sudah terbiasa dengan perbedaan sejak dulu dan saling toleransi sama teman-teman sampai sekarang. Semoga seterusnya

Akhirnya mamih meninggalkan sudut – sudut sekolah yang memang sulit dilupakan. Mamih cukup bangga mengenal guru-guru disini mamih merasa bersyukur di didik penuh cinta dan tak terbalaskan tetapi mamih memiliki jalan kehidupan sendiri dan bisa terus saling mendoaakan juga mendukung orang-orang yamg telah memberikan kasih sayangnya untuk mamih.

15 tahun berlalu 



Satu sekolah nonton film My Generation sama guru???? Kenapa enggak, hihihi karena 15 tahun yang lalu mamih juga pernah nonton satu sekolah 2 theater penuh di jam 12 siang hari senin. Koq udah pulang ???? Sekolah multi etnis dan beragam agama banyak hari istimewa jadi itu cukup unik dan membahagiakan.



Dok : Foto pribadi

Spread the love
10 Comments

Tinggalkan Balasan ke Elly Nurul Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *