Cara Mengelola Keuangan Keluarga dan Mulai Berwirausaha
Sudah tidak bisa digubris lagi, dan mamih mengakui kalau mengelola keuangan dalam keluarga masih terbilang buruk, kumuh dan skeptis. “Yaudahlah yah cuma 4000 koq”, ketika ada godaan terbesar untuk merogoh kantong membeli jajanan cimol. Atau ketika memasuki minimarket yang awalnya mau membeli materai hanya seharga 6000 rupiah malah justru mamih terjebak dengan bocor alus, mengeluarkan uang sampai sekitar 20ribu atau 30ribu diluar dari dana yang seharusnya.
Belum lagi mamih masih berpikir kalau “hanya uang kcil koq”, “hidup itu dinikmati”, “jangan pelit-pelit lah”. Hal seperti ini memang ga sepenuhnya salah tetapi baru sadar ketika anak sekolah jeng-jeng uang yang harus dikeluarkan begitu besar dan kami sebagai orang tua belum siap maksimal secara ekonomi untuk kebutuhan anak.
Lantas untuk menutupi keuangan yang minim, kami memeras lebih berat keringat, waktu jadi amburadul dan makin banyak tersita, emosi bertambah mudah tersinggung dan hal itu tanpa sadar karena kecerobohan di awal yang kurang sigap menyiapkan serta menyisihkan pola keuangan dalam keluarga.
Kurangnya motivasi mengatur keuangan ternyata gak cuma mamih rasakan, ada kelompok yang diambil menurut data OJK , menunjukkan bahwa tingkat literasi dan keuangan perempuan yang masih rendah, hanya sebesar 25,5 % dan lebih rendah bila dibandingkan tingkat literasi dan inklusi keuangan laki-laki ada diangka 33,2%.
Apa artinya ? Ekonomi keluarga dihantui oleh raungan tanpa masa depan yang cerah. Boro-boro kepikiran investasi, supaya tidak lebih terperosok dalam lingkaran kehidupan ekonomi dengan gaya yang “yaudahlah yah”, harus segera di hentikan.
Bagaimana cara sederhana memulai memperbaiki ekonomi keluarga ?
Belajar mengatur keuangan secara bijak berapapun penghasilan yang didapatkan.
Peningkatan akses wanita kepada lembaga keuangan formal yang dibarengi dengan peningkatan edukasi keuangan, diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Daripada nangis dipojokkan, yuk mulai aja dulu dengan tarik nafas dan motivasi diri untuk kuat iman akan godaan-godaan yang membuat keuangan bocor alus sia-sia.
BTW, sebelum mulai diawal bulan September mamih sudah mengubah niat untuk melakukan investasi bukan dalam bentuk uang, jadi supaya susah dicairkan mamih udah ubah dalam bentuk benda padat, hahaha atau langsung disisihkan untuk membeli logam mulia yang mulai tiap bulan akan berkomitmen tinggi seperti perjuangan para atlet Asian games 2018 mendapatkan emas.
Langsung belajar dari ahinya yuk, Prita Ghozie yang membagikan tips sederhana, untuk awal mula walaupun tidak semudah dan sesederhana itu, karena tadi guncangan terdahsyat adalah dari diri sendiri.
3 Tahap Mengelola Keuangan
Financial Check Up ( Kesehatan Keuangan)
Coba cek rekening dan kantong masing-masing serta menyadari kondisi keuangan saat ini, apakah kacau balau atau aman-aman saja. Untuk mengetahuinya tentu saja melihat beberapa hal,
Apakah memiliki hutang ? Pinjaman produktif dan cicilan dbawah 30% dari pendapatan.
Biaya hidup lebih kecil dari pendapatan atau sebaliknya ? Biaya hidup normalnya sebesar 30%dari pemasukan, dan paham akan pengelolaan keuangan.
Punya simpanan dana darurat ? Kalau masih ada kekhawatiran tentu saja dibenahi kembali pengelolaan agar memiliki simpanan untuk biaya tak terduga. Seperti pengalaman mamih biaya tak terduga adalah evaluasi dan terapi Babam juga sekolah Babam yang begitu besar hampir tidak terjangkau dan memang kami ceroboh akan hal ini.
Apakah memiliki tabungan ? bisa berupa tabungan untuk encana dan untuk investasi.
Kalau pertanyaan diatas masih banyak keraguan dan sambil mesem-mesem mau nangis jawabnya, sudah mulai tarik nafas lagi memang harus ada yang dibenahi dalam pengaturan keuangan yang dilakukan.
Tenang gak sendiri koq mamih juga baru untuk menglola keuangan. Karena ini bukan untuk sok-sok an ngerti atau hidup kikir, tetapi demi kebijakan dalam penyederhanaan yang dilakukan untuk ekonomi keluarga sekarang dan nanti.
Mengelola Arus Kas
Setelah kesehatan keuangan diperiksa dan ditelusuri dimana letak kebablasan pengeluarannya, langkah selanjutnya adalah mengelola arus kas yang datang dari pemasukan.
Pisahkan pendapatan untuk pengelolan lebih lanjut yang pertama, Zakat, Assurance (jaminan bisa berupa asuransi kesehatan/ asuransi jiwa), Present Consumption atau kebutuhan hidup sehari-hari, Tabungan, dan Investasi.
Idealnya bisa dalam pembagian berikut :
1. 5% utk Sedekah/amal/zakat
2. 10% dana darurat
3. 30% cicilan
4. 30% biaya hidup
5. 10% gaya hidup
6. 15% investasi
Merencanakan Keuangan
Setelah melakukan pemeriksaan dan melihat pos-pos pembagian yang ideal mulai duterapkanlah dalam kehidupan sehari-hari. Kurangi kebutuhan yang idak perlu, apalagi tergoda dengan belanja diskon yang ternyata sebenanrnya tidak butuh.
Prioritaskan diawal setalah mendapatkan pemasukan atau gajian, setlah dibagi barulah dana yang digunakan untuk gaya hidup bisa digunakan dengan bijak dan senyum manis.
Bila kemudian ada dana yang terkumpul untuk investasi bisa digunakan mulai membuka usaha yang sesuai dengan hobi juga terus mengasah keterampilan yang dimiliki.
Menambah Penghasilan Rumah Tangga
Ketika penghasilan dari pasangan dirasa kurang cukup memenuhi kebutuhan atau ingin menambah pundi-pundi agar bisa mencapai kehidupan yang lebih baik dengan “ mengelola keuangan yang baik pangkal kaya”, seperti yang diutarakan oleh Prita Ghozie. Ibu dengan dua orang anak ini membuka wawasan untuk memberikan motivasi bahwa seorang Ibu atau wanita setelah menikah juga bisa menghasilkan pendapatan.
1. Bekerja secara aktif dan produktif
2. Menjadi investor
3. Berwirausaha
Kalau mamih untuk bekerja secara aktif memang belum memungkinkan, menjadi investor juga rekening belum mengembang dan merekah, mungkin cara yang bisa dilakukan adalah dengan berwirausaha. Menjadi nara sumber juga Gladies Rahman memberikan tips menarik untuk berwirausaha, dan memang usaha yang dijalaninya mamih sudah merasakan enaknya brownies dari Dapur Gladies yang merupakan usaha kuliner yang dikembangkan oleh mba Gladies.
Menjadi Wirausaha
Temukan passion atau hal yang disukai untuk membuat sebuah produk usaha, kalau hal ini lebih tanya kepada hati nurani. Kalau belum ketemu juuga mulai digali bakat dan minat yang disukai karena dengan hal yang disukai akan timbul motivassi dan memahami produk yang akan dipasarkan.
Bila hobi berolahraga dan memahami bisa membuka kelas Zumba atau Yoga. Ketika memiliki hobi memasak bisa membuat inovasi kuliner seperti Dapur Gladies, kalau membuka usaha fesyen bisa memulai dengan sesuatu yang menjadi peminatan.
Selanjutnya bila sudah memiliki ide dan menemukan hal yang di sukai, pahami serta elajari lebih mendalam lagi dan mencoba untuk membaca pasar. Apakah produk yang akan dibuat memiliki pasar yang banyak atau tidak, bisa disesuaikan dengan lokasi juga kondisi. Contohnya ketika ingin membuka usaha pakaian renang bila digelar pada lokasi yng bukan pada tempatnya, contoh di dekat posyandu tentu saja tidak ada peminat yang akan membeli, berbeda jika di jajakan di tempat wisata pantai yang memang banyak wisatawan atau pengunjung yang membutuhkannya.
Bila belum cukup memiliki modal cari partner yang memiliki visi seearah dan yang paling penting juug adalah mengatur keuangan usaha yang dijalankan.
Dari penuturan Mba Gladies ia memisahkan antara uang pribadi dan uang usaha, ketika ada pemasukan di alokasikan pada pos-posnya sesuai, dan Mba Gladies sebagai pemiliki hanya mendapatkan gaji dari keuntungan usaha, begitu seterusnya pisahkan dengan kebutuhan pengembangan usaha, pembelian alat, pembelian bahan dan lainnya.
Menjadi wirausaha juga sebenarnya waktu yang dimiliki bukannya lebih banyak dari yang bekerja kantoran, tetapi harus ada komitmen dan kepengurusan untuk memulai usaha, mengembangkan dan mempertahakan usahanya.
Mempertahankan cita rasa dan kualitas produk merupakan hal utama yang tetap diterapkan oleh Mba Gladies sehingga produknya dalam hal ini brownies tetap memiliki pelanggan setia dan makin menambah setiap harinya.
Tidak mudah dalam mmencapai titik kesuksesan yang di peroleh oleh Mba Gladies, ia mengawali dengan kuliah perhotelan yang dekat dengan kuliner, lalu mengembangkan ide brownies dengan berbagai toping dan juga mmempelajari pengelolaan keuangan akan uasahanya tersebut.
Diperlukan juga dukungan dari pasangan dan orang terdekat, seperti yang mba Gladies ceritakan sebelm mencari karyawan ia dibantu oleh Ibu dalam mengelola Dapur Gladies yang dimilikinya dan ketika kini sudah menikah suami memberikan dukungan kepada Mba Gladies sepenuhnya.
Memang ada komitmen dan perjuangan untuk mencapai hasil yang diinginkan, jadi sudahkah memiliki motivasi dalam mengelola keuangan ?
Kalau dari pengalaman mamih tentu saja dimulai dari hal-hal sederhana mengalokasikan pendapatan secara bijak.
Edukasi mengenai literasi terus akan ditingkatkan mengingat masih minimnya pemaham pengelolaan keuangan oleh perempuan dan ibu-ibu di Jakarta khususnya. Visa bersama dengan OJK dan mendapatkan dukungan BI, bermaksud mengasah lebih banyak perempuan khususnya para ibu di Indonesia, mengajarkan pengelolaan keuangan yang bijak dan mendorong unuk berbagi pengetahuan tersebut dengan anggota keluarga dan lingkungan.
Untuk tips yang banyak sekali bisa langsung kunjungi Instagram, dari @IbuBerbagiBijak akan ditemukan berbagai wawasan mengelola keuangan dan tentu saja vitamin-vitamin agar tidak mudah tergoyahkan pada bocor-bocor yang sia-sia.
pikiran hidup itu harus dinikmati itu emang menjebak deh mih.. sekali, dua kali, daannn seringnya kebablasan. perlu kesadaran diri juga supaya bisa mengelola keuangan dengan baik
Menjadi wirausah apalagi buat mamah2 kayak kita nih mesti sesuai minat plus kemampuan yg bisa diasah ya, mih ? Berinvestasi bs dlm bentuk membeli logam mulia. Hrs punya dana darurat juga kalau ada apa2 kan ga pusssiing ? Alu sih paling naung di bank aja hehehe.
Aduh aku sering banget tuh bocor alus. Itu yang bikin boros ya. Niat hari pengen belanja dikit eh malah keasyikan lapar mata. Skarang aku mencoba mengalokasi sesuai kebutuhan dengan tepat nih
Bener bnget ini yang kecil pngeluaran klo sering lama2 jadi bengkak y mba… mesti pinter nahan dan ngatur..
Nah, penting ini biar semakin disayang papi. Bisa buat bekal klo nanti buka usaha ya, Mir
sebagai wanita memang perlu atur-atur keuangan , biar ga boros . apalagi klo pengusaha, jangan sampai uang bisnis malah kepake buat pribadi
Pingin deh ketemu sama Mba Prita Ghozie.. 🙂 Mamih sama banget kayak aku suka bocor alus, apalagi pas ke minimarket.. Hihi.. Sama suka mikir udahlah cuma segitu doang, tapi kalo sering lumayan juga, kan.. Aku save nih tips-tipsnya karena butuh banget perencanaan yang bagus buat keuangan keluarga jadi lebih kuat..
bojor alus masih sering banget terjadi juga sama aku mih.. apalagi kalo pergi weekeend bawa anak-anak, banyak pengeluaran tak terduga.. walaupun sudah dibudgetkan tapi ya gitu deh..dan anak-anak ngga mau tau kalo emaknya lagi belajar mengelola keuangan keluarga..
Bocor alus ini yg sering kulakukan karena suka jajan wkwk… makanya nyari sampingan biar bisa jajan.
Hiks aku pun belum punya dana berinvestasi karena masih kacau pengelolaan keuangannya, makasih ya mbak tipsnya bermanfaat banget nih
Hahaha bocor alus yaaaaaaaaa… suka gtu kadang apalagi kalau promo 😛
Workshop yang bermanfaat banget, aku suka buku sakunya aku baca2, memotivasi utk lbh urus2 keuangan.
Btw mamih Babam bukannya dulu sempat ada usaha jilbab jg kan ya? Apa masih jalan?
Mbak Gladies hebat ya fokus, konsisten, dan mengatur keuangan dgn disiplin. Kyknya itu kunci suksesnya ya.