Cegah Depresi : Menjadi Pendengar Baik Saat Teman Curhat


Banyaknya permasalahan yang datang menyambangi hidup tentu saja berbeda-beda bagi tiap individu. Memiliki hidup yang bahagia tanpa ada sebuah permasalahan dan kesulitan tentunya sebuah hal yang mustahil.

Tentu ada tingkatan proses tahap kehidupan yang dijalanin setiap manusia, suka atau tidak harus dijalani dan dilewati menerima dan mencoba bersyukur dengan semua yang di dapat.

Serta merta langkah demi langkah kehidupan terlewati dari mulai sekolah, kuliah, bekerja, bekluarga tetapi tiap momen dan peristiwa yang dilewati banyak suka duka kesenangan juga keterpurukan. Ketika sebuah lelucon diceritakan sekali waktu mungkin lucu dan akan membuat tertawa tetapi ketika diceritakan lelucon yang sama untuk kesekian kalinya akan merasa jenuh dan garing, berbeda dengan sebuah kenangan pahit yang biasa teringat akan selalu membuat seseorang menangis. 


Kadang ketika Mamih merasa gagal, merasa dicurangi, merasa bersalah, dan melakukan suatu kesalahan tentu saja kecewa. Biasanya pengobat hati yang luka (duhhh ceileeh) bercerita dengan seseorang yang bisa Mamih percaya dan tentu saja pilah pilah nih, orangnya yang bener-bener bisa mengerti.

 Kalau yang cocok menurut mamih sih orang yang setelah kita cerita gak banyak nyinyir atau menghakimi saat ia bisa dengan sabar mendengarkan curhatan dengan ekpresi wajah penuh perhatian. Kadang mengkritik memang perlu, menasehati juga pasti sangat bermanfaat hanya saja bila jatuh pada saat yang tidak tepat akan membuat bumerang yang memperkeruh keadaan.

Sering juga sih mamih dikondisikan menjadi pendengar, saat ada orang yang curhat face to face bercerita tentang masalah peliknya sampai buat kepikiran sih memang permasalahannya perihal keluarga, pekerjaan, rumah tangga, serta ekonomi. Lingkar tersebut memang banyak yang mengalami sebuah ketidaksinkronan antara impian dan kenyataan jadi yah timbul masalah masalah yang rumit. Terlebih soal perselingkuhan yang sering banget mendarat saya dengar.

Saya sih sebenarnya juga gak jago memberikan nasehat, saya hanya diam dan senyum-senyum aja, juga gak nyoba jadi kompor yang malah bikin api lebih besar lagi. Emosi yang meledak dan performa hati dari seseorang yang tengah curhat tentunya naik turun ada sebuah penolakkan atau istilahnya denial yang menganggap “kenapa gue” .

Ketika sikap saya diam pun bukan berarti antipati atau bahkan cuek jadi generasi nunduk saat mereka curhat. Ya ketika baru di tanya “menurut loe” baru deh nyoba masuk sedikit demi sedikit walaupun serius gak pandai memberikan nasehat.

Ketika saya memiliki anak barulah saya tau yang namanya psikolog (duhh gak kece banget baru tahu) yahh sebelumnya saya memang tidak mengenal area dunia tersebut, walaupun sempat peminatan jurusan kuliah saya mau ambil psikolog tapi gagal wekekeke. Selain itu juga saya hanya sekedar tahu yah saat suka nonton film luar negeri. Apalagi film baru Split yang mengenai 24 karakter di satu badan dan memang tidak bisa terelakkan. Ternyata klo cara pandang untuk datang konsultasi dengan psikiater atau melakukan tes personality sudah umum dilakukan diluar negeri (data dari nonton film) tapi memang bener sih yah berbeda dengan di Indonesia yang masih menganggap kalau konsultasi dengan psikiater itu beneran sakit jiwa.

Nah dengan permasalahan yang dianggap pelik, rumit tentunya boleh dong langsung ke ahlinya yang bisa mendengarkan dan memberikan solusi terbaik. Ketika banyak anak mengalami trauma pasca bencana, atau korban kekerasan tentunya penting untuk memulihkan jiwanya dan bisa menjalani hidup dengan bahagia.

Hampir setiap orang pernah melakukan Curhat, baik itu tatkala mendapatkan kegembiraan, apalagi menghadapi kesemasan. Hal sederhana yang dilakukan semua orang ternyata memiliki manfaat yang besar karena dapat menghindarkan seseorang dari depresi.



Yuk Curhat menjadi tema nasional dalam menyambut Hari Kesehatan Dunia yang jatuh pada 7 April kemarin. Pada tahun ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengambil topik soal kesehatan jiwa. 

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr. H. M. Subuh, MPPM, menekankan pentingnya upaya memahami lebih dalam tentang depresi.


Tujuannya, agar dapat menemukan cara menanggulangi, serta pentingnya dukungan bagi orang-orang yang mengalami depresi dengan menemani dan menyemangati, dan mendengarkan tanpa menghakimi.

 “Tanpa kita sadari sebenarnya curhat itu penting, untuk exhaust. Mengekspresikan perasaan bisa mengurangi beban masalah kejiwaan”.

Hal selaras juga disampaikan oleh perwakilan WHO untuk İndonesia, Dr. Jihane Tawilah, bahwa stigma terhadap depresi harus dikurangi. Masyarakat harus lebih peka terhadap tanda dan gejala depresi. Setiap orang perlu bicara tentang depresi secara terbuka dan dewasa, peka terhadap tanda dan gejala agar bisa mendapatkan bantuan layanan kesehatan jiwa.

Orang yang mengalami depresi itu merasa dirinya tidak baik,sementara orang-orang di sekitarnya tidak peka. Padahal orang yang depresi itu sedang sakit dan membutuhkan bantuan kita untuk sembuh dari penyakitnya”, tuturnya.

Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI), dr. Diah Setia Utami, Sp. KJ., MARS, menyatakan bahwa masyarakat bisa membantu orang-orang yang mengalami depresi dengan mendengarkan mereka berbicara, dan membuka wawasan mereka bahwa di sekitar mereka ada harapan dan banyak orang yang ingin membantu mereka.



Secara umum, yang dibutuhkan oleh penderita adalah pendengar yang baik. Utamanya adalah tidak memotong pembicaraan, bukan malah menasehati apalagi menyalahkan. 


 “Tidak memotong pembicaraan, bersifat mendukung (supported), bisa memahami, ada reflective listening. Harus benar-benar bisa menjadi orang yang bisa mendengar, bukan just hearing melainkan listening”.

Apa Itu Depresi ??


Depresi adalah sebuah keadaan yang memiliki gejala berupa rasa sedih yang berkepanjangan dan hilangnya minat untuk melakukan kegiatan yang biasa disukai, diikuti penurunan kemampuan menjalankan kegiatan yang biasa dilakukan.Depresi dapat terjadi pada siapapun, dalam usia berapapun.
Depresi kerap tampak dalam bentuk gangguan tidur, perubahan nafsu makan, perasaan bersalah atau tidak berguna, lelah berkepanjangan, bahkan pemikiran menyakiti diri sendiri. 
Depresi bisa terjadi pada siapapun bukan kelemahan mental/watak. 
Meskipun depresi mempengaruhi semua kelompok demografis, remaja dan usia dewasa muda adalah kelompok yang kerap mengalaminya, begitu juga wanita dalam usia produktif (terutama setelah melahirkan) dan yang berusia 60 tahun.
Dapat diperbaiki dengan terapi, bisa dalam bentuk konsultasi atau pengobatan anti depresan, atau penggabungan keduanya.




Sebuah fakta yang perlu diketahui, bahwa depresi yang berlarut-larut dan tidak ditangani, dapat mengantarkan pada tindakan bunuh diri. Hampir 800.000 kematian akibat bunuh diri terjadi setiap tahun terjadi di dunia atau dengan kata lain setiap 40 detik, seorang meninggal karena bunuh diri.
Yang Dapat Kita lakukan Bila Seseorang Merasa Depresi 
Cari waktu yang tepat dan tenang untuk bicara. Beritahu ia bahwa ada kita yang siap mendengarkan ceritanya.
Dorong ia untuk mencari bantuan ahli juga profesional, misalnya Dokter, pekerja sosial, konselor, psikolog atau psikiater, tawarkan kita bisa menemaninya.
Bila orang tersebut berada dalam bahaya, jangan biarkan sendiri carilah tenaga profesional segera. Jauhkan dari benda dan bahan berhaya yang bisa melukai dirinya atau orang lain.
Selalu tetap menjaga hubungan untuk melihat bagaimana kondisinya.

Fenomena yang tragis dan meningkat belakangan ini tentunya bisa menjadi sebuah sirine besar dan ada suatu kekhawatiran yang berdampak negatif. Karena Depresi bukan seperti stres biasa ini sudah mencakup penyakit yang sangat bisa membahayakan diri seseorang yang mengalami depresi atau orang disekitarnya. Untuk itu menyebarluaskan pengertian depresi dan fakta berbahaya didalamnya akan menyelamatkan dan memberikan kesempat lebih cerah lagi agar tidak menjadi sebuah kesalahan yang fatal.


Jangan ragu untuk mulai ke ahli bisa dimulai di Faskes Tingkat I atau download aplikasi SEHATJIWA di playstore untuk lebih lengkapnya mengenai konsultasi dan mencegah depresi

Spread the love
No Comments

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *