Curhat Rasa 100 Tokoh Nasional Berpendapat : Saat Pernah Merasakan Menjadi Mayoritas dan Minoritas, Saya Baru Tahu Fungsi Pancasila
Mamih sambil mau cerita dulu yah agak panjang gapapa kan yaah???
Bolehh “Jawaban Maksa”
Sepanjang memasuki dunia media sosial paling berasa banget yah tiga tahun belakangan saat media sosiaal berubah jadi ajang fashion berita hihihi.
Awal buat facebook itu jaman jaman kuliah sekitar tahun 2008, nah biasanya ngesahre status “ yuk bolos kuliah” atau ke kantin aja lahh yuk. Nah di barengi dengan semua temen2 gak ada yang kuliah duh hahaha. Jadi memang sih berperan besar lah media sosial untuk bisa mempengaruhi orang-orang. Tapi mirisnya sekarang malah menjadi ajang ajang yang mungkin bisa membuat asumsi dan oaham-paham yang keliru, banyak berita yang gak valid bisa mudah diakses dan ndelalah malah dipercaya.
Ya gak semua sih seperti itu yah, tetapi banyak dampak buruknya berita yg tersebar gak jelas, apalagi jadi memecah belah bangsa, seakan akan diberitakan ramai riuh ekh tapi beda sama kenyataannya.
Ada sebuah warning dan pemerintah langsung bergerak untuk mencegah terjadinya perpecahan salah satunya mengajak masyarakat lagi untuk mengerti bahwa Indonesia memiliki Pancasila.
Saat di bangku TK sampe Kuliah mamih udah dapet nih pelajaran PMP,PPKN, Kewarganegaraan, Pancasila mulai dari mewarnai lambang, sampai belajar untuk musyawarah dalam forum diskusi. Tapi pada prakteknya tema tema mata kuliah sama mata pelajaran yah hanya lewat tanpa nyangkut dalam pribadi dan di lanjutkan pada perilaku sehari-hari.
Jujur dulu waktu di SMA mamih nih merasakan menjadi minoritas tinggal di daerah yang mayoritas keturunan tionghoa dan sekolah yang mayoritas bukan beragama muslim. Bagaimana rasanya ??? Ya biasa aja hahaha paling kalau puasa agak kepengen minum dan makan tapi ya gpp wong ujian ujian puasa gak hanya makan dan minum. Terlebih yang mamih selama sekolah juga rukun-rukun saja semua membaur dan gak terlalu banyak permasalahan. Aapalagi memiliki tetangga yang kanan kiri baik walaupun berbeda-beda.
Mamih juga paham mereka memiliki sebuah budaya yang berbeda dalam keluarga masing-masing ya tapi kan tetep tinggal di Indonesia semua juga terlihat saling menghargai. Jadi kalau jalan bebarengan ya terlihat jelas secara fisik kita macem-macem puttih, hitam, lurus, keriting dan sebagainya.
Sampai sekarang mamih juga masih berteman baik dan saling kontak dengan teman-teman SMA, suka becandaa dan lucu-lucuan mengenai apa yang ramai mengenai pro kontra di media sosial duhh maaf ga efek buat mamih hehehe.
Pas lulus dari SMA mulai kuliah di kembalikan dalam suasana yang mayoritas muslim, dan saat dibangku kuliah masih dapat mata kuliah mengenai Pancasila dan Kewarganegaraan ada hal yang signifikan yang pertama mamih dapet nilai A dan kedua dapet nila E hahaha untung aja bisa di ulang.
Untuk yang dapet A waktu itu ujiannya sih mengenai Pembukaan UUD 45 dan mamih memang hafal di luar kepala soalnya tiap upacara pas SMA selalu kebagian untuk pembaca Pembukaan UDD 45. Saat yang mendapatkan E otu kalau gak salah masih bolos di ujian akhir hahaha, waktu itu masih sombing karena punya jatah SKS banyak jadi yoweslah biarin aja, jadi mamih ngulang dan ketemu temen-temen baru di semester berikutnya dengan fakultas MIPA dan disana dapet nilai A lagi, karenaa memang mata kuliahnya seputar hafalan dan pendaapat walaupun di MIPA tetep aja mamih terhindar dari hitungan dan rumus.
Lanjut sekarang yang mau masuk usia 30 mamih berkesempatan mengunjungi dan menjadi tamu undangan di MPR dalam diskusi juga forum terbuka untuk mensosialisasikan Pancasila. Ini kali ketiga mamih sebagai blogger ke gedung MPR. Langsung bertatap langsung dengan Pak Zulkifli Hasan serta hari ini sangat istimewa dengan 100 tokoh Nasional yang saling curhat rasa.
Sangat bersyukur di Indonesia ini mamih merasakan menjadi minoritas walaupun hanya lingkup sekolah dan tepat tinggal yang memang tidak ada permasalahan sama sekali dan ketika berada dalam posisi.mayoritas ya tetap saja mamih berusaha u tuk tidak menjustifikasi orang-orang yang berbeda.
Sebenanrnya di Indonesia penuh dengan berbagai tolerransi dan kenapa itu banyak yang ramai-ramai di medsos karena belum adanya filter dan banyak pihak yang memasukkan isu-isu sensitif untuk memecah belah bangsa.
Saking asiknya main media sosial awal-awal banyak yang belum paham nih akan adanya persetwruan yang hebat di ranah dunia maya semua orang bebas berpendapat tanpa memikirkan dampaknya dan pada akhirnya media sosial menjadi sebuah sarang yang nikmat untuk membuat adu domba.
Itu sih kicauan yang mamih rasakan saja tetapi mungkin memang dampaknya berbeda yah dari masing-masing orang.
Untuk pertemuan kali ini, mengajak 100 tokoh nasional untuk curhat rasa mengembalikan dan mensosialisasikan Pancasila kepada masyarakat untuk menghindari adanya perpecahan.
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia mengundang tokoh-tokoh nasional, agama dan masyarakat dalam “Refleksi Kebangsaan Merawat Kebhinekaan Untuk Menjaga Keutuhan NKRI”.
Bapak Zulkifli mengatakan, forum tersebut digunakan mencurahkan pendapat antar tokoh nasional untuk mencari solusi atas kondisi bangsa Indonesia saat ini.
Forum itu diinisiasi oleh mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie, Mohammad Mahfud MD, Salahuddin Wahid atau Gus Solah serta MPR RI.
Forum yang dilaksanakan secara terbuka ini dimaksudkan untuk membangun sikap saling empati, sepemahaman dan kebersamaan guna memperkokoh persatuan dalam ikatan kebangsaan Indonesia.
“MPR sebagai rumah rakyat, meminta berbagai kalangan datang ke mari untuk menyampaikan perasaannya. Boleh marah-marah di sini tapi habis ini di luar sana menenteramkan masyarakatnya,” Pak Zul mejelaskan.
Tokoh-tokoh yang diundang adalah mereka yang ada diluar pemerintahan di antaranya Mahfud MD, Solahudin Wahid, Try Sutrisno, Bachtiar Nasir, dan Magnis Suseno, Jaya Suprana dan masih banyak tokoh lainnya.
Menurut Pak Zulkifli, saat ini semua pihak penting menciptakan suasana saling mendukung dan menghargai serta mendukung program pemerintah. Bila pembangunan lancar maka rakyatnya sejahtera.
Dok : Mak Mira Sahid |
Zulkifli menuturkan, forum tersebut akan diadakan sampai rasa persatuan kembali tumbuh antar sesama bangsa Indonesia. “Sampai betul-betul bersatu dan bersaudara antar satu sama yang lain,” kata Zulkifli.
Zulkifli menegaskan, adanya globalisasi yang digerakkan oleh perdagangan dan kemajuan teknologi saat ini, telah melancarkan arus pergerakan orang, barang, jasa, uang dan informasi serta telah memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, tetapi jika tidak diwaspadai dapat menjadi potensi yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Masih berlanjut lagi perlu ada kesadaran dan komitmen seluruh bangsa untuk menghormati kemajemukan bangsa Indonesia dalam upaya untuk mempersatukan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, demi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, menuju masa depan yang lebih baik.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar meminimalisir adanya carut marut dalam informasi di media sosial, antara lain
Di Indonesia belum memliki alat berteknologi dalam menghindari provokasi, jadinharus bisa di tegaskan lagi nih oeraturan dalam memfilter informasi yang ada, Terjadi kesenjangan sosial yg signifikan antar masyarakat yg berimbas pd program yg memiliki pro kontra, harus bersama-sama untuk kembali membangun persatuan dan kesatuan bersama dengan keteladanan Pancasila yg disosialisasikan.
Beberapa curahan lainnya juga dilontarkan oleh Uung Sendana “hentikanlah saling klaim siapa yg paling berjasa bagi Indonesia tapi bagaimana kita yang beragam saling menjaga menjaga keutuhan dan kerukunan. “Banyaknya kekhawatiran dari masyarakat ia dengar bahwa mereka khawatir dengan kerusuhan dan radikalisme agama.
Menarik sekali ketika Romo Muji menyatakan bahwa Kebudayaan adalah keseharian yang diberi makna. Romo Magnis juga menegaskan kembali komitmen bersama untuk Pancasila agar saling menerima dan saling menghargai Pancasila adalah Kunci ujar Romo Magnis
Keutuhan NKRI akan tercipta apabila rakyat Indonesia dapat merasakan dampak dan manfaat dari hasil pembangunan untuk itu pemerintah juga berusaha untuk lebih meningkatkan pelayanan dan kinerjanyabterhadap masyarakat.
Dok : @infompr |
Pak Zul kembali menegaskan “Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, para pendiri negara menyadari bahwa keberadaan masyarakat yang majemuk merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus diakui, diterima dan dihormati yang kemudian diwujudkan dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika,”.
Namun, Sebagai Peminpin MPR ia menyadari bahwa ketidakmampuan untuk mengelola kemajemukan dan ketidaksiapan sebagian masyarakat untuk menerima kemajemukan tersebut akan berpotensi mengakibatkan terjadinya berbagai gejolak yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
Menurutnya, dalam sejarah perjalanan negara Indonesia sejak sebelum kemerdekaan sampai saat ini, telah terjadi pergolakan, kerusuhan dan kekurangstabilan dalam pemerintahan negara yang disebabkan oleh berbagai akibat, di antaranya penyalahgunaan kekuasaan, tidak terselesaikannya perbedaan pendapat, ketidaksiapan masyarakat dalam menghormati perbedaan pendapat dan kemajemukan, maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme.
“Berbagai akibat tersebut merupakan persoalan yang seharusnya dapat diminimalisir saat ini. Bangsa Indonesia dengan sejarah panjangnya, harus mampu mencegah terjadinya perpecahan yang diakibatkan oleh persoalan-persoalan klasik, utamanya adalah terpecahbelahnya persatuan dan kesatuan akibat adanya pengabaian kepentingan bangsa,”.
Dok : Mak Mira Sahid |
Forum ini memiliki tujuan yang dimaksudkan sebagai forum curah perasaan dan pendapat secara jujur dan terbuka untuk membangun saling empati, pemahaman dan kebersamaan guna memperkokoh kebersatuan dalam ikatan kebangsaan Indonesia. Oleh sebab itu, format dialog dari hati ke hati sangat ditekankan pada forum ini.
Sangat senang bisa hadir dan duduk bersama dalam momen yang jarang ini. Mamih dan semua masyarakat berharap dengan adanya rasa keterbukaan jujur dan toleransi akan mulai menjalin kerukunan di masyarakat Indonesia .
Sebagai generasi penerus bangsa juga wajib nih meneguhkan kembali Pancasila, sebagai anak muda jangan terlalu naif dan pengecut untuk menyuarakan kebhinekaan.
kerenn mak
Wuiih mami hebat euuu , padahal kulihat tadi waranwirintapi nyimak semua materi dan terserap sempurna , lalu di tuangkan dalam tulisan. Cakeeep.
Cakeeeep mami
Reportasenya langsuuung mateng
mantap repotasenya, keberagaman jangan dipertajam perbedaanya ya
Kenapa pelajaran kewarganegaraann lebih susah ya daripada pelajaran pancasila kayak pkn gitu .. Hhhh.. Tak ngerti lah aku nih.. Padahal sama susah nya hehehe
Sukaa tulisan ini. Mantaap mamih.. Salam Pancasila :*
ahhh senangnya baca artikel ini, bisa tetap tahu update acara ini meski gak datang. makasih yaa infonya mba Mirr.. 🙂
Banyak mba live tweet nya ngebantu banget
Makasih mba tapi blom masuk tipi nih hahaha
Manis kaya mangga mateng ya mak
Iyapp kembali mengingat bhineka tunggal ika
Makasih juga mba zata mau mampir hihi
Makasih juga mba zata mau mampir hihi
Duhh fans akuh ini hahaha
Banyak hafalan dan sistem kewarganegaraannya nya pun banyak lapisannya mulai dari perumusan kewarganegaraan individu sampai lapisan rt rw dan seterusnya hingga mpr hihi. Pancasila jiwa dan kunci nya mba yg oeelu diaplikasikan hahay
Duhh fans akuh ini hahaha
Iyapp kembali mengingat bhineka tunggal ika
Manis kaya mangga mateng ya mak