Yuk Kenali Tanda-tanda Gejala Malnutrisi, Penjelasan Perhimpunan Nutrisi Indonesia (INA) Didukung Nutricia Sarihusada” sebagai penyelenggara Malnutrition Awareness Week

Pendidikan dan Kesehatan di Indonesia masih menjadi salah satu permasalahan utama di Indonesia. Menjaga kesehatan dan pencegahan penyakit tentu harus dibarengi edukasi yang menyeluruh, tetapi masyarakat Indonesia masih sulit mengenyam kedua hal tersebut. Sering dikaitkan dengan istilah “SDM Rendah” tetapi memang seperti itu kenyataannya. Angka kematian Ibu dan bayi yang baru melahirkan masih tinggi begitu pula angka stunting masih diatas 20%.

Jadi bagaimana mengatasinya, diingatkan lagi terus menerus akan kebutuhan asupan makan yang seimbang. Mulai dari kampanye gizi seimbang dengan isi piringku, mengurangi konsumsi gula berlebihan, juga bergerak untuk mencapai pola hidup yang sehat. 

Karena semua tidak akan terlaksana kalau masyarakatnya masih sulit menerima edukasi dari para ahli. Ironisnya seperti ini, tidak hanya di wilayah terpencil, tetapi dikota besar juga masih banyak risiko stunting juga malnutrisi karena edukasi yang belum terpenuhi, atau belum tahu kebutuhan yang sebenarnya.

Jadi dalam pemaparan Pekan Kesadaran Malnutrisi, mamih ingin mengajak teman-teman untuk tahu secara umum pemenuhan gizi seimbang dan tanda-tanda akan malnutrisi.  Karena penting untuk kolaborasi lintas sektor dalam memastikan bahwa masyarakat Indonesia memahami dan dapat menerapkan pola makan dengan gizi seimbang agar kesadaran masyarakat tentang malnutrisi dapat meningkat secara lebih luas, sehingga tercipta generasi yang lebih sehat dan produktif di masa depan

Kenyang Saja Gak Cukup Loh, Apa yang Harus Masyarakat Konsumsi?

Kalau dulu mungkin pernah mendengar slogan 4 sehat 5 sempurna, kini pedoman itu sudah ditinggalkan dan beralih pada pedoman gizi seimbang. Akibat pemahaman gizi yang salah, generasi penerus masih terancam terkena stunting. Persentase angka stunting di Indonesia cukup tinggi, hal ini bisa dicegah mulai pemahaman gizi dari usia remaja yang merupakan calon orang tua yang melahirkan generasi penerus.

Masih ingat dulu bekal sekolah mie instan dengan nasi, atau sarapan telur dibagi 7? Memang sangat tidak seimbang, tetapi selain ekonomi kurang sampai sekarang masyarakat tidak mengkonsumsi makanan padat gizi karena kurangnya edukasi.

Yuk Kenali Tanda-tanda Gejala Malnutrisi, Penjelasan Perhimpunan Nutrisi Indonesia (INA) Didukung Nutricia Sarihusada” sebagai penyelenggara Malnutrition Awareness Week

Jadi Perhimpunan Nutrisi Indonesia (Indonesian Nutrition Association/INA) telah berusaha dan berpartisipasi memerangi malnutrisi dengan melakukan berbagai kegiatan dengan menjadi salah satu duta kegiatan Pekan Sadar Malnutrisi (Malnutrition Awareness Week/MAW) yang diselenggarakan oleh American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) sejak 2017. 

Tahun 2024 ini, MAW dilaksanakan pada tanggal 16 – 20 September dengan melakukan kegiatan edukasi atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak dan pencegahan malnutrisi didukung oleh Nutricia Sarihusada dengan tema ‘Wujudkan Indonesia Sehat dengan Cegah Malnutrisi Sedari Dini’.

Kalau dilihat dari persentase ya seperti angkanya kecil, CUMA 7%, tapi kalau dirujuk dari penduduk Indonesia, ya gak main-main loh, Perlu diketahui, riset dari Center for Indonesian Studies (CIPS) menyebutkan bahwa 21 juta masyarakat atau setara 7 persen dari total populasi penduduk Indonesia, kekurangan gizi dengan asupan kalori per kapita harian di bawah standar Kementerian Kesehatan yang sebesar 2.100 kkal. Banyak yah!

Pengertian Malnutrisi dan Pencegahannya

Dijelaskan oleh, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Ari Fahrial Syam mengatakan bahwa malnutrisi bukan hanya kekurangan gizi.

“Pengertian Malnutrisi menurut WHO adalah kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi maupun nutrisi seseorang,” 

Betul sekali untuk satu kali makan dipenuhi dengan makro dan mikronutrien seperti, Karbohidrat, Protein, Vitamin dan Mineral yang mana sebisa mungkin dalam jumlah yang seimbang.

Malnutrisi merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia, terutama pada anak-anak dan ibu hamil. Laporan SKI menyatakan bahwa angka nasional prevalensi stunting tahun 2023 sebesar 21,5 persen, hanya turun 0,1 persen dari sebelumnya, sehingga menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara  yang tertinggi di Asia Tenggara.

Kalau dibiasakan makan yang sembarangan dari bahan pangan dan pengolahannya akan terjadi malnutrisi dari anak hingga dewasa, yang menyebabkan produktivitas menurun, imun lemah, mudah sakit dan kasus rawat inap bertambah, terjadilah ekonomi yang semakin menurun.

Kalau saja angka Malnutrisi semakin kecil masyarakat bisa lebih mengembangkan kreativitas dan hidup secara mapan juga layak, memang alurnya sangat panjang dan kesehatan sangat berpengaruh pada banyak hal.

Pencegahannya memang bisa dimulai dari  siapa saja yang ingin merubah pola hidup agar jadi lebih sehat. Karena rantainya sangat berkesinambungan. Ketika calon orang tua saat remaja tidak terpenuhi kebutuhan nutrisinya, maka bisa melahirkan anak-anak dengan gizi yang kurang baik. Bahayanya pengetahuan yang minim akan kebutuhan gizi anak juga terbengkalai. Anak-anak terancam STUNTING.

Jika sudah ada diagnosis STUNTING memang TIDAK BISA DISEMBUHKAN, jadi gak hanya perawakannya yang pendek dan kecil, tetapi IQnya rendah dan masa depannya juga terancam, bahkan di usia nantinya akan mudah terkena penyakit berbahaya.

Faktanya kondisi stunting di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara tetangga, juga ketika dibandingkan dengan negara berkembang. Kondisi stunting diperparah lagi dengan kurangnya edukasi masyarakat akan pemberian makan yang benar pada anak. Orang tua tidak memiliki bekal yang cukup dalam pengasuhan anak, akibatnya hak anak sering terabaikan dan generasi penerus Indonesia terancam “bodoh” bila banyak anak yang mengalami stunting.

Kesimpulan Penanggulangan Cepat dan Strategis dalam Pencegahan Malnutrisi di Indonesia

Dengan adanya diskusi dari berbagai sektoral tentu saja ada bahan-bahan masukan yang perlu dipertimbangankan agar pelaksanaan dalam pencegahan stunting ini maksimal. Mamih juga senang dengan paparan yang disajikan membuat mata mamih terbuka dalam aplikasi pencegahan Malnutrisi dan Stunting mulai dari rumah yakni :

1. Pemberian makan yang benar untuk anak. Tidak melulu mengikuti tren MPASI itu baik setelah mendengarkan diskusinya, tetapi cukupkan kebutuhan pangan bayi dengan nutrisi yang lengkap lemak, protein, mineral terlebih lagi protein hewani yang membantu membangun rangkaian sel otak untuk meningkatkan kognitifnya. Tidak usah ikut FOMO berlebihan makanan atau minuman yang viral tanpa mempertimbangkan asupan gizi seimbangnya.

2. Memilih bahan pangan dan pengolahannya dengan benar. Selain pemberian makan yang benar dan mulai dari bahan pangan yang mudah ditemui (termasuk protein hewani), seperti telur, ayam, ikan dan belajar untuk memilih, mengolah dan memberikan ke anak dengan cara yang benar.

3. Diharapkan orang tua berperan aktif dalam memantau pertumbuhan seperti memperhatikan ukuran lingkar kepala, berat badan anak setiap bulannya dengan cara pengukuran yang benar pula.

4. Pemberian stimulasi dari orang tua juga membantu anak agar mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan tahapan usianya, ketika ada keterlambatan bisa diberikan intervensi sedini mungkin.

5. Orang tua bisa membuka diri untuk belajar pemberian makan yang benar, pengasuhan yang tepat dan juga menyebarkan informasi yang benar mengenai pencegahan stunting dan berbenah diri dalam mencapai pola hidup sehat demi pencegahan malnutrisi, yang merupakan tanggung jawab bersama dalam pemenuhan hak anak juga keluarga yang sehat.

Bersama-sama kita mulai bisa kritis membenahi literasi gizi, sambil belajar asupan yang baik dalam pemenuhan nutrisi untuk keluarga terdekat juga lingkungan.

Ingat bahan pangan lokal bisa diolah, mudah ditemui bisa menjadi asupan yang kaya akan nutrisi. Kalau mamih paling mudah masak sayur bayam dengan berbagai toping protein yang mamih kreasikan agar tidak bosan.

Generasi muda, mungkin masih banyak yg belum memperhatikan apa saja yang dikonsumsi. Hal ini terjadi dari banyak faktor, mulai dr ekonomi dan pembiasaan makan dari kecil dirumah sampai dewasa yang masih belum paham asupan gizi baik untuk tubuh.

dr. Ray menghimbau pentingnya kolaborasi antar sektor untuk mencegah malnutrisi. adapun referensi penjelasan: Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH menyampaikan bahwa pencegahan malnutrisi merupakan langkah krusial untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan optimal pada anak, serta menjaga kesehatan masyarakat secara keseluruhan. 

“Namun, untuk menghadapi permasalahan ini diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, organisasi non-profit, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pencegahan malnutrisi. 

Nutricia Sarihusada, sebagai perusahaan yang fokus pada nutrisi, berkomitmen untuk terus berkontribusi melalui berbagai produk nutrisi, riset dan inisiatif sosial guna mencegah malnutrisi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia,” papar dr. Ray.

Terima kasih kepada, Presiden INA (Indonesian Nutrition Association/Perhimpunan Nutrisi Indonesia), Dr. dr. Luciana B. Sutanto, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB –  Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH – Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada dan dr. Lula Kamal sebagai Moderator, yang menjelaskan dan menekankan pentingnya mencegah malnutrisi sedini mungkin dengan meningkatkan kesadaran akan tanda-tanda malnutrisi.

Spread the love

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *